BAB II
Konsep Dasar Islam dan Ilmu
Pengetahuan[1]
A. Konsep
Dasar Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam
Islam
Ilmu merupakan
kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti
tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata
science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata
science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu
Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama.
Ilmu mempunyai peranan yang sangat penting dalam ajaran islam. Hal ini
terbukti dari banyaknya ayat-ayat Al-qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia
disamping itu hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk
terus menuntut ilmu.
Dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 Allah S.W.T berfirman “ Allah meninggikan beberapa derajat
(tingkatan) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu
(diberi ilmu pengetahuan) dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Firman Allah diatas menujukkan betapa orang beriman
dan berilmu itu akan memperoleh kedudukan yang tinggi. Dimana keimanan yang
telah dimiliki seseorang itu akan menjadi pendorong untuk menuntut ilmu dan
ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat orang itu sadar betapa rendahnya
manusia dihadapan Allah yang maha kuasa. Ayat-ayat tersebut dapat terjadi
sebuah sumber untuk motivasi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut
ilmu sehingga posisi yang tinggi dihadapan Allah akan tetap terjaga dan juga
rasa takut kepada Allah akan muncul disetiap seluruh aktivitas kehidupan
manusia untuk melakukan amal shaleh. Dengan demikian nampak bahwa ilmu akan
membuahkan amal.
B. Urgensi
Ilmu Pengetahuan dalam Nash Islam
Betapa pentingnya peranan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan manusia, sehingga Nabi menegaskan dalam haditsnya:
“Diwajibkan atas muslim laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu”.
Bukan hanya persoalan akhirat , tapi juga persoalan duniawi.
Pendidikan
merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia, dan seluruh proses hidup dan
kehidupan manusia adalah proses pendidikan. Pendidikan untuk mencari ilmu. Sebagai
persoalan hidup, maka pendidikan dalam pengembangan konsep-konsepnya perlu
menggunakan system pemikiran filsafat tersebut diatas, yang menyangkut
metafisika, epistemology, aksiologi dan logika, karena problema yang ada dalam
lapangan pendidikan juga berada dalam lapangan filsafat dan pendidikan adalah
sangat erat.[2]
Ketertinggalan
umat islam saat ini merupakan bukti lemahnya pengetahuan yang dimiliki oleh
umat islam. Ibarat mereka sudah terbang, umat islam masih naik unta. Ini harus
disadari oleh setiap muslim, jangan hanya bisa bisa menjadi pemakai, akan
tetapi penghasil atau pembuat. Itukan lebih baik.
Orang
sangat mudah lalai, karena ilmu yang dimiliki tidak bermanfaat atau bahkan
tidak memiliki pengetahuan, sehingga terjerumus kepada lembah yang disebut
kelalaian. Persoalan ini adalah persoalan iman lagi-lagi kembali kepada
persoalan ilmu. Bagaimana mungkin seseorang bisa beriman dengan benar, jika dia
tidak punya pengetahuan akan hal itu.
Faktanya tidak sedikit orang yang memberikan
interpretasi bebas dan tidak benar terhadap nash (al-Qur’an dan al-Hadits).
Sehingga maksud yang sesungguhnya tidak didapatkan, justru hanya menimbulkan
masalah. Coba lihat permasalahan sekarang permusuhan di internal umat islam,
seringkali terjadi. Ini karena interpretasi yang keliru.
Pernah
terjadi di zaman Imam Ja’far as-Shodiq, seseorang mencuri 4 roti kemudian
diberikan kepada orang miskin. Ketika dia ditanya oleh Imam, kenapa anda
lakukan hal itu. Dia kemudian membacakan surat al-An’am ayat 160 “Barangsiapa
membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan
barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan).” Saya meman mencuri tapi saya mensedekahkan hasil curian itu.
Jadi pahala saya 40 dan dosa saya 4, akan tetapi saya masi punya 36 pahala lgi.
Jadi saya masih untung.
Inikan merupakan salah satu contoh dari
interpretasi yang keliru terhadap ayat al-Qur’an. Dipahami bahwa cara yang
salah tidak menghasilkan perbuatan yang baik. Jangan menganggap hadits yang
mengatakan “segala amal perbuatan tergantung pada niatnya”. Bahwa niat
bisa membantu itu menghalalkan mencuri, ini merupakan hal yang sangat keliru.
C. Cakupan
Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Dalam ajaran
Islam adanya keharusan menuntut ilmu mendapat tempat yang begitu luas dan luhur
dala arti rohani dan jasmani, sebagai dasar manusia dalam mencapai kehormatan
dalam arti lahir dan batin yakni fisik dan mental.[3]
Islam mewajibkan
setiap orang memiliki ilmu pengetahuan agar ia dapat memperhatikan keajaiban
dari penciptaan langit, bumi, penciptaan manusia dan ketelitian bisa membaaca,
maka ia akan dibebaskan sebagai tawanan. Membaca dan menulis itu adalah kunci
ilmu pengetahuan dan merupakan prinsip pertama teknologi. Oleh karena itu Nabi
s.a.w merupakan orang pertama didunia yang memberi contoh dalam pemberantasan
buta aksara ini.
Bertolak dari
sebuah kaidah” wajib mencari ilmu bagi setiap muslim laki-laki maupun
perempuan”, Rasulullah telah melaksanakan ajaran ini. Kadang-kadang beliau
mengancam bagi yang tak mau mencari ilmu dan kadang memuji orang yang mau
mencarinya. Beliau bersabda: “orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu
bersama-sama dalam kebaikan. Akhirnya Nabi s.a.w dengan tegas berkata: “ tak ada
usaha yang lebih utama daripada mencari ilmu yang dapat memberi petunjuk kepada
pemiliknya kepada jalan yang benar dan menolaknya dari kesesatan. Seseorang tak
akan benar dan baik agamanya, sebelum berilmu yang benar”. Menurut riwayat yang
lain “sebelum benar akal-nya”.
Kategori
pengetahuan (knowledge),
ilmu (science)
itu sendiri, baik natural
science dan social science
sampai yang tergolong dalam ilmu humanities,
termasuk ilmu-ilmu keagamaan dan kebahasaan.
Untuk yang terakhir
ini, Dilthey menyebutnya dengan cultural-historical-science. Sementara itu sebagaimana skema yang
buat Jurgen Habermas, bahwa
ilmu pengetahuan itu terdiri dari: ilmu-ilmu empiris analitis (ilmu-ilmu
alam, juga ilmu hukum, psikologi), ilmu-ilmu historis-hemeneutis (ilmu agama,
filsafat, bahasa, sastra, kebudayaan), dan ilmu-ilmu sosial-kritis
(ilmu politik, ekonomi, sosiologi). Karya-karya Ilmu Pengetahuan Para Ilmuan
Muslim.
D. Karya-Karya
Ilmu Pengetahuan Para Ilmuan Muslim
Sejak sekitar
abad ke-8M hingga abad ke-20 M, Islam telah melahirkan ribuan ilmuwan, baik
dalam bidang ilmu filsafat, kalam, tasawuf maupun sains, tekhnologi, dan seni.
Apa pun bidangnya, mereka adalah tokoh-tokoh langka yang telah memperkaya dunia ilmu pengetahuan
bahkan secara khusus menjadi symbol kemajuan peradaban Islam. Berikut diantara
sarjana-sarjana muslim terkenal beserta karyanya:
1. Ibnu Musa Al-Khawarizmi (Astronom, Penemu Algoritma dan Aljabar).
Tak banyak anak
didik yang tahu, siapa yang orang yang dikenal sebagai bapak dan penemu dua
cabang ilmu matematika, yaitu Algoritma dan Aljabar. Dialah Abu Abdullah
Muhammad Ibnu Musa Al-Khawirzmi, ilmuan Muslim penemu Algoritma dan Aljabar.
Nama Algoritma sendiri diambil dari nama penemunya, yaitu Al-Khawarizmi. Di
kalangan ilmuan Barat ia lebih dikenal dengan nama Algorizm.
Nama Aljabar
sendiri diambil dari bukunya yang terkenal, yakni Al-Jabr wa-al-Muqabilah. Ia
mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, kosinus,
tangen dan kotangen serta konsep diferensiasi. Tak hanya itu, di bidang ilmu
ukur, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun
daftar logaritma serta hitungan desimal. Sayangnya beberapa sarjana Barat
seperti John Napier (1550-1620 M.) dan Simon Stevin (1548-1620 M.) mengklaim
bahwa penemuan tersebut merupakan hasil pemikiran meraka. Masih berkaitan
dengan masalah perhitungan, ternyata Al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi.
Bukunya Kitab Surat Al-ard, menjadi dasar ilmu bumi Arab. Naskah itu hingga
kini masih disimpan di Strassburg, Jerman oleh Abdul Fida, seorang ahli ilmu
bumi terkenal.
Petualangan dan
pengabdian panjangnya itu baru berakhir pada tahun 840 M. ketika Sang Khaliq
memanggilnya. Al-Khawarizmi meninggalkan warisan khazanah dalam ilmu
pengetahuan dunia.
2. Ibnu
Khaldun ( Penemu Ilmu Sosiologi Politik)
Pendidikannya
dimulai di Tunisia dan di Fez (Maroko) dengan mempelajari berbagai bidang ilmu:
menghafal Al-Qur’an, mempelajari tata bahasa, hukum Islam (syari’ah), hadis,
retorika, filologi dan puisi. Selain itu ia mempelajari sastra Arab, filsafat,
matematika dan astronomi. Khaldun sangat terlibat dengan politik. Kariernya di
bidang politik membawanya keluar masuk istana, ia sebagai pemenang maupun
pecundang. Usia mudanya dihabiskan sebagai pendamping, penasihat sultan serta
menduduki beraneka jabatan.
Kontribusi Ibnu
Khaldun dalam Ilmu pengetahuan memang tidak sedikit. Setidaknya berkatnyalah
dasar-dasar ilmu sosiologi politik dan filsafat dibangun, tak heran jika
warisannya itu banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa
Indonesia.
Seorang
sejarawan Barat, Dr Boer, menulis “Ibnu Khaldun tak pelak lagi, adalah orang
pertama yang mencoba menerangkan dengan lengkap evolusi dan kemajuan suatu
kemasyarakatan, dengan alasan adanya sebab-sebab dan faktor-faktor tertentu,
iklim, alat, produksi, dan lain sebagainya, serta akibat-akibatnya pada
pembentukan cara berfikir manusia, dan pembentukan masyarakatnya. Dalam derap
majunya peradaban ia mendapatkan keharmonisan yang terorganisasikan dalam
dirinya sendiri.”
3. Jabir Ibnu Hayyan (Bapak Kimia)
Ilmu kimia
sudah ada sejak puluhan abad silam. Memang belum pada bentuk modern seperti
sekarang yang telah diadopsi sedemikian canggihnya. Ilmu kimia di kemudian hari
berkembang sangat pesat dan dikenal banyak orang.
Tapi, hanya
sedikit yang mengetahui siapa sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu eksakta
tersebut. Ia adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815 H) ilmuan muslim
pertama yang menemukan dan mengenalkan displin ilmu kimia tadi.
4. Ibnu
Sina ( Penemu Ilmu Kedokteran)
Nama lengkapnya
Abu Ali Al-Husain Ibnu Abdullah Ibnu Sina. Ibnu Sina
dikenal sebagai the faher of doctors (bapak kedokteran). Selain kedokteran, ia
juga menguasai fisika, matematika, astronomi, sejarah, dan filsafat.
Sebagai dokter,
ia lebih suka tindakan preventif dari pada kuratifan selalu menguatkan aspek
spiritual dan fisik pasien secara simultan dalam pengobatannya. Bahwa temperatur, makanan, minuman, limbah,
udara, keseimbangan gerak dan fikiran, tidur dan kerja mempengaruhi kesehatan,
itu semua terbukti, dan sekarang menjadi masalah lingkungan yang utama. Katanya,
udara yang terkontaminasi uap dari rawa, danau, saluran drainase, asap atau
jelaga dapat membahayakan kesehatan. Kini diketahuai, gas itu adalah hasil
proses anaerobik air limbah yakni CH4 (metana), H2S dan NH3.
Dari sejumlah
risalah kesehatannya, Ibnu Sina punya dua teori segitiga pengobatan. Pertama,
Triangular Theory of Islamic Medicine yang menyatakan kaitan antara Allah,
manusia, dan pengobatan. Teori kedua, adanya ”hubungan antara badan, fikiran,
dan semangat” pada kesehatan manusia.
5.
Ibnu Majid
Ibnu Majid
adalah seorang navigator Arab terbesar yang bergelar “singa laut”. Pada usianya
yang ke-15, Ibnu Majid sudah memimpin sebuah pelayaran. Navigator yang lahir di
Julfar, Mesir, tahun 1421 M ini memiliki nama lengkap Shihabud Din Ahmad bin
Majid bin Muhammmad bin Amir bin Duwayk bin Yusuf bin Husain bin Abi Ma’lak
as-Sa’di bin Abi ar-Raka’ib an-Najdi.
Sifat yang
patut kita teladani dari Ibnu Majid adalah ketekunannnya dalam mempelajari ilmu
navigator yang ia dapatkan dari ayah dan kakeknya dengan cara menjalankan kapal
laut atau kapal teerbang. Selain itu, ia juga menguasai ilmu geografi dan
astronomi sebagai syarat utama untuk menjadi navigator ulung.
Diantara
buku-buku karya Ibnu Majid berjudul al-Hijaziah (sejarah negei hijaz), Urjuza (melagukan
syair dengan prosa raja-raja ) terdiri dari 3 jilid, Hawiyatul-Ikhtisar fi
Ushul Ilmil-Bihar ( ringkasan ilmu navigator) yang ia tulis pada tahun 1490 M.
Buku ini berisi tentang rute-rute laut sepanjang pantai India hingga Sumatera,
Cina, Taiwan dan sepanjang pantai Samudra Hindia, serta tanda-tanda dekatnya
daratan.
6.
Ibnu Rusyd
Ibnu
Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai
"Kadi" (hakim) dan fisikawan.
Di
dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas
filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan,
termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd
untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
Karya-karya
Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan
besar karya-karya aslinya sudah tidak ada. Di antara karyanya adalah : Bidayat
Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran), Fasl
Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak
segala paham yang bertentangan dengan filsafat). Filsafat Ibnu Rusyd ada dua,
yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad
pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.
7.
Ibnu Khaldun
Bernama lengkap
Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan bin Jabir bin
Muhammad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Ibn Khaldun, pemikir (1332-1406)
kelahiran Tunisia ini dikenal sebagai bapak sosiologi dan politik. Dalam
karyanya itu, Khaldun memetakan masyarakat dengan interaksi sosial, politik,
ekonomi, dan geografi yang melingkupinya. Pendekatan ini dianggap menjadi
terobosan yang sangat signifikan.
Pengaruh itu
universal dan pasti. Tak ada kebetulan dalam sejarah sosial kecuali sebab dan
akibatnya semata, sebagian jelas dan diketahui, sebagian lagi tidak. Formasi
masyarakat, tulisnya, sebagai hasrat manusia untuk berkumpul, bersaing, lalu
memperebutkan kepemimpinan. Ia memperkirakan bahwa solidaritas itu berlangsung
empat generasi. Model ini menempatkan Ibnu Khaldun sebagai penganut teori
siklus sejarah.
Demikian
seterusnya. Al Muqaddimah juga mengupas asal muasal suatu masyarakat, lahirnya
kota dan desa, dan sebagainya. Karya emasnya itu hingga kini telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia.
8.
Al Farabi
Nama sebenarnya
Abu Nasr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlaq Al Farabi. Beliau lahir
pada tahun 874M (260H) di Transoxia yang terletak dalam Wilayah Wasij di Turki.
. Beliau telah mempelajari bahasa Arab di bawah pimpinan Ali Abu Bakr Muhammad
ibn al-Sariy. Selain itu, dia juga merupakan seorang pemusik yang handal. Lagu
yang dihasilkan meninggalkan kesan secara langsung kepada pendengarnya.
Selain
mempunyai kemampuan untuk bermain musik, beliau juga telah mencipta satu jenis
alat musik yang dikenali sebagai gambus.
Karya-karya al-Farabi dapat dibagi menjadi dua, satu diantaranya mengenai logika dan yang lainnya mengenai bidang lain.
Karya-karya al-Farabi dapat dibagi menjadi dua, satu diantaranya mengenai logika dan yang lainnya mengenai bidang lain.
Karya-karya tentang logika menyangkut
bagian-bagian berbeda dari Organon-nya Aristoteles, baik yang berbentuk
komentar maupun ulasan panjang. Sedang karya-karya kelompok kedua menyangkut
berbagai cabang pengetahuan filsafat, fisika, matematika, metafisika, etika dan
politik.
9.
Ibnu Bajjah
Abu Bakr
Muhammad Ibn Yahya al-Saigh atau lebih terkenal sebagai Ibnu Bajjah. Ibnu
Bajjah juga ahli di bidang musik dan pemain gambus yang handal. Ia juga seorang
yang hafal Alquran. Dalam waktu yang sama, Ibnu Bajjah amat terkenal dalam
bidang perobatan dan merupakan salah seorang dokter terkenal yang pernah
dilahirkan di Andalusia.
Ibnu Bajjah juga telah menulis sebuah buku yang berjudul Al-Nafs yang membicarakan persoalan yang berkaitan dengan jiwa. Pembicaraan itu banyak dipengaruhi oleh gagasan pemikiran filsafat Yunani.
Ibnu Bajjah juga telah menulis sebuah buku yang berjudul Al-Nafs yang membicarakan persoalan yang berkaitan dengan jiwa. Pembicaraan itu banyak dipengaruhi oleh gagasan pemikiran filsafat Yunani.
Ilmu sains dan
fisika digunakan oleh Ibnu Bajjah untuk menguraikan persoalan benda dan rupa.
Menurut Ibnu Bajjah, benda tidak mungkin terwujud tanpa rupa tetapi rupa tanpa
benda mungkin wujud. Oleh sebab itu, kita boleh menggambarkan sesuatu dalam
bentuk dan rupa yang berbeda-beda.
10. Al-Razi
Al-Razi atau
nama sebenarnya Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi. Penemuan al-Razi
berkenaan sakit campak cacar tulen (smallpox) dan campak biasa (measal) turut
menjadi bahan rujukan perubatan di dunia Barat malah turut diulangi penerbitannya
beberapa kali sehingga abad ke-18M. Kedua-dua karya ini juga merupakan sumber
kurikulum tradisional di kalangan para pengamal perubatan Islam.
Al-Razi telah
menghasilkan buku ini ketika beliau di Khurasan di bawah pemerintahan Gabenor
al-Mansur Ibnu Ishaq. Dalam buku ini terkandung 10 penemuan berkaitan tentang
amalan sent dan sains perubatan. Buku ini dianggap satu karya beliau yang tulen
dan mencerminkan kematangan dan kepakaran beliau dalam amalan perubatan moden.
Al-Razi turut
memberi sumbangan yang besar dalam bidang kimia dengan terhasilnya Kitab
al-Asrar (The Book of Secrets). Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan merupakan sumber utama maklumat bahan kimia sehingga abad ke-14M. Antara
lain kejayaan al-Razi dalam dunia perubatan ialah penemuan rawatan kepada
penyakit cacar dan pengasingan alkohol dalam penghasilan antiseptik.
11. Imam
Al Asy’ari (260-234 H atau 874)
Nama lengkapnya
adalah “Abdul Hasan Ali bin Ismail bin Abi Basyar Ishaq bin Salam bin Ism’ail
bin Abi ‘Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Musa Al Asy’ari.
Sejak kecil
telah mendalami dan menyibukkan diri da;lam dunia ilmu pengetahuan, terutama
dalam bidang theology. ia belajar secara aktif tentang poko-pokok keislaman.
Disamping ituu ia juga mempelajari logika, filsafat dan cara mereka berpikir
hingga usianya samapai 40 tahun.
Imam Al Asya’ari memeng tergolong tokoh yang
menguasai dalam bidang-bidang ilmu agama, seperti tafsir hadits, fiqih, bahasa
dan sebagainya. Ia termasuk seorang mujtahid yang pandai dan hebat berdiskusi.
Disamping ahli seni baca Al-Qur’an dengan nada suara yang memikat, juga beliau
hafal Al-Qur’an. Juga seorang zahid yang tekun dalam ibadah, seorang sufi yang
mementingkan kesucian batin. Di antara hasil karya tulis Al Asy’ari adalah
sebagi berikut:[4]
a) Al
Ibanah ‘an Ushuliddinayah. Kitab ini ia tulis setelah keluar dari Mu’tazilah.
Agar jalan manusia tidak sesat dalam mengenal poko-pokok agama, maka
dikarangkanlah kitab yang memebri dasar atau pokok-pokok pikiran bagi aliaran theology
yang kemudian berkembang menjadi dasar pemikiran Ahlus Sunnah wal Jamaah.
b) Al
Luma’. Disini Al Asy’ari lebih jelas dan tegas untuk menyoroti dan menangkis
seranga lawan, terutama mengenai sifat Tuhan.
c) Maqalatul
Islamiyyin wa Ikhtilaful Mushallin dengan pengusaan yang luias tentang berbagai
golongan lainnya dalam Islam, dimaksudkan sebagia studi perbandingan. Dengan
melakukan perbandingan, maka dapatlah diketahui pada posisi mana Ashusunnah wal
Jamaah. Konon kitab ini dikarang pada waktu ia dalam lingkungan Mu’tazillah.
12. Imam
Hanafi (80-150 H atau 660-728 M)
Nama
asli dari Abu Hanafi (Imam Hanafi) adalah An Nu’man. Madzhab Abu Hanafi adalah
gambara nyat persesuaian hokum fiqh Islam dengan kebutuhan masyarakat disegala
bidang. Karena madzhab Hanafi ini berdasarkan Al-Qur’an, Hadits Ijtima’, Qias
dan Al Istihan, bidang-bidang istihad menjadi luas sehingga dapatlah ditetapkan
hukum-hukum yang sesuai dengan keadaan masyarakat dengan tidak keluar dari
prinsip-prinsip dan aturan pokok Islam.
Kehidupan
Abu Hanafih secara keselurahan membuktikan penghormatan beliau terhadp Al
Qur’an. Beliau senatiasa membaca Al Qur’an dan mengulangi dalam shalt. Beliau
merasakan sekali kesan dan kelezatan membaca Al Qur’an. Al Qur’an beliau
jadikan sebagai sumber utama dalam menetapkan hokum dan dalili-dalil dalam
berdiskusi. Beliau sangat berhati-hati dalam memberi penjelasan dan mengajar.
13. Imam
Malik (93-179 H atau 712-79 M)
Imam
Malik adalah seorang guru yang miskin. Sahabatnya, Abul Qasim berkata,”Ketika
lagi menuntut ilmu aku pernah bersama Malik. Imam Malik mempelajari
bermacam-macam ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Hadits, kritikan terhadap
pendapt-pendapat yang salah, fatwa-fatwa sahabat dan ilmu fiqh ahli ra’yi
(rasio Nalisme). Dalam keaktifan menuntut ilmu, beliau banyak menghubungi
ahli-ahli hadits dan ulama.
Malik
dianggap sebagai tokoh ilmu hadits. hadits yang beliau bawakan termasuk yang baik dan benar karena beliau
sangat berhati-hati terhadap hadits-hadits Rasulullah. Beliau seorang yang
terpercaya, adil, kuat ingatan, cermat dan teliti memilih sanad hadits.
Pendeknya Imam Malik tidak diragukan lagi dalam masalah ini.
E. Ilmuwan
Muslim Dan Kontribusinya Pada Dasar Perkembangan Ilmu Pengetahuan Barat.
Sejak dasawarsa 1970-an hingga
sekitar awal 1990-an, berkembang sebuah wacana baru tentang Islam dan ilmu
pengetahuan, dengan munculnya gagasan Islamic science (ilmu pengetahuan Islam)
atau Islamization of knowledge (Islamisasi ilmu). Terlepas dari siapa yang
pertama menggunakan istilah ini, dalam kenyataannya cukup beragam (kelompok)
pemikir muslim yang memaknai istilah ini dengan berbeda-beda, bahkan tidak
jarang terdapat pertentangan pendapat. Karena yang lebih populer adalah istilah
dalam bahasa Inggris itu, ada beberapa hal penting dan menarik untuk dicatat
dalam kaitanya dengan penggunaan kata ilmu pengetahuan atau sains, Islamisasi,
dan kata Islamic dalam Islamic science.
Pertama, perkembangan berbagai
istilah ini menunjukkan betapa seriusnya tantangan yang dihadapkan ilmu
pengetahuan modern kepada perkembangan intelektual Islam. Seperti telah
dipaparkan di atas, sebetulnya hal ini telah dimulai sejak akhir abad ke-19.
Namun, tidak efektifnya usaha mengejar ketertinggalan muslim dari Barat di masa
lalu, pada perkembanganya hal tersebut mengkerucut dan mengkristal menjadi
gerakan dengan orientasi baru pada beberapa kelompok.
Kedua, munculnya istilah baru,
Islamic science dan Islamization of knowledge nyatanya hanya tampak
sebagai baju baru dari usaha yang telah dilakukan oleh beberapa pemikir
di masa sebelumnya. Istilah sains (science) sendiri baru mendapatkan maknanya
yang khas dalam perkembangan kegiatan ilmiah di dunia Barat sejak beberapa
abad. Di sana sains dianggap sebagai model cabang ilmu yang paling unggul,
karena perkembangannya yang paling pesat dibandingkan cabang-cabang ilmu lain.
Adalah anggapan tersebut yang melatarbelakangi kebiasaan bahasa Inggris modern
yang berbeda dengan kebanyakan bahasa lain. Untuk membedakan science, sebagai
istilah yang dipakai untuk ilmu pengetahuan alam atau eksakta (pasti), dari
berbagai cabang ilmu pengetahuan lain, terutama ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Perkembangan teknologi sebagai buah
dari perkembangan ilmu pengetahuan ini juga amat memukau banyak orang, tidak
terkecuali umat Islam. Sebagai akibat dari fenomena itu, sebagian ilmuwan
muslim hanya berusaha mengejar ketertinggalan umat Islam dengan mengambil alih
secara menyeluruh teknologi dan ilmu pengetahuan Barat modern. Namun, sebagian
lain tidak puas dengan sikap itu dan menuntut Islamisasi ilmu pengetahuan atau
pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Para penggagas ilmu pengetahuan Islam atau
Islamisasi memulai argumennya dari premis bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas
nilai. Karena itulah nilai-nilai sebuah agama dapat masuk dalam pembicaraan
tentang ilmu pengetahuan.
Jelas bahwa ilmu pengetahuan Islam
adalah sebuah istilah modern. Kita tak bisa menemukan padanan istilah ini dalam
literatur Islam klasik, termasuk dalam masa yang disebut Zaman Keemasan Islam.
Bahkan, bisa jadi istilah ini digunakan pertama kali oleh kaum orientalis
ketika kajian-kajian orientalisme modern dimulai akhir abad yang lalu. Pada
tahun 1920-an, misalnya, sejarawan ilmu pengetahuan George Sarton dalam karya
monumentalnya menggunakan istilah ini untuk menyebut sebuah periode dalam
sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ketika dengan dukungan penguasa, para
ilmuwan muslim (dan sebagian kecilnya adalah non-muslim) menghasilkan
karya-karya besar dalam bidang ilmu pengetahuan. Orientalis George Anawati
bahkan menyebutkan adanya upaya-upaya “Islamisasi” cabang-cabang ilmu yang
diperoleh terutama dari tradisi Yunani itu. Ia juga menyebutkan bahwa ilmu
pengetahuan alam adalah bidang yang paling sedikit terkena Islamisasi
dibandingkan dengan, misalnya, metafisika.
Jadi, di sini istilah Islami
digunakan untuk menyebut dua hal sekaligus: yang pertama adalah suatu periode
sejarah, sebagaimana istilah modern, abad pertengahan, klasik atau Yunani
digunakan; yang kedua, suatu aktivitas yang disusupi nilai-nilai Islam. Kedua
makna ini kerap muncul dalam perbincangan kontemporer tentang ilmu pengetahuan
modern dan Islam.
Empat pemikir muslim kontemporer
yang dapat mewakili wacana baru ini adalah Syed Hossein Nasr, Syed Muhammad
Naquib al-Attas, Ismail Raji al-Faruqi, dan Ziauddin Sardar. Bukanlah suatu
kebetulan jika keempatnya terdidik di universitas-universitas Amerika dan Eropa
dan terutama menulis dalam bahasa Inggris. Wacana baru ini memang berkembang
terutama di kalangan komunitas intelektual Islam berbahasa Inggris, yang baru
muncul secara jelas setelah paruh pertama abad ke-20.
DAFTAR PUSTAKA
Muhainin. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
PT.Grafindo Persada
Munawir Imam. 1985. Mengenal Pribadi 30pendekar dan pemikiran Islam Dari Masa ke Masa. Surabaya:
PT. Bina Ilmu
Qadir, Solah
Abdul. 1989. Islam Agama Segenap Umat
Manusia. Jakarta: PT. Pustaka Litera
http://masjack78.blogspot.com/p/filsafat-ilmu.html
(diunduh tgl 5 oktober 2013)
http://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/
(diunduh tgl 5 oktober 2013)
http://harkaman01.wordpress.com/2013/02/07/urgensi-ilmu-pengetahuan/ (diunduh tgl 5oktober 2013)
http://www.geschool.net/1209378/blog/post/artikel-pandangan-islam-terhadap-ilmu-pengetahuan/ (Diunduh 14 oktober 2013)
[1] Retno
Rachmawati, universitas muhammadiyah prof.dr.hamka (1101095035)
[2]
Prof.Dr. H. Muhainin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta:
PT.Grafindo Persada) 76
[3]
Solah Abdul Qadir, Islam Agama Segenap
Umat Manusia. (Jakarta: PT. Pustaka Litera) 131
[4]
Imam Munawir, Mengenal Pribadi 30pendekar
dan pemikiran Islam Dari Masa ke Masa. (Surabaya:PT.Bina Ilmu) 206
Tidak ada komentar:
Posting Komentar