Kamis, 03 Januari 2013

Filsafat Ilmu "Epistemologi"

PEMBAHASAN EPISTEMOLOGI
A.       Pendahuluan
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, sifat, dan kebenaran pengetahuan.  Pada tulisan ini akan dibahas mengenai pengertian epistemology, dan beberapa persoalan yang dipermasalahkan di dalam epistemology, separti perihal pengetahuan, perihal kebenaran, dab aliran-aliran teori pengetahuan.

B.       Pengertian Epistemologi
Epistemology berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu epiteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti pikiran, teori atau ilmu. Jadi, epistemology berarti pikiran atau teori tentang pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Menurut Mohammad Muslih (2005: 68) tiga persoalan pokok tersebut sekaligus merupakan objek formal dari epistemology yakni sebagai perspektif dalam melihat objek materialnya, dalam hal ini adalah pengetahuan.

C.      Perihal Pengetahuan
Proses terjadinya pengetahuan merupakan bagian penting dalam epistemology, sebab hal ini akan mewarnai corak pemikiran kefilsafatannya. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin.
Menurut Jan Hendrik Rapar (2005: 38-39), pengetahuan dibagi kedalam tiga jenis yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan filsafati. Pertama, pengetahuan biasa ( ordinary knowledge) yaitu pengetahuan yang di peroleh dari hasil penyerapan indera terhadap objek tertentu yang disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai. Ketiga, pengetahuan filsafati (philosophical knowledge). Pengalaman jenis ini diperoleh melalui pemikiran rasional yang didasarkan pada pemahaman, penafsiran, spektakulasi, penilaian kritis dan pemikiran-pemikiran yang logis, analitis dan sistematis.

D.      Masalah-Masalah Dasar Pengetahuan
Wiramihardja (2006) mengemukakan ada tiga masalah dasar perngetahuan yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut: Aapakah dasar atau sumber pengetahuan kita? Adakah kemungkinan manusia mencapai pengetahuan mutlak? Dan adakah kemungkinan manusia mengetahui objek di luar dirinya?
Mengenai masalah dasar atau sumber pengetahuan dijawab oleh aliran rasionalisme, empirisme, dan kritisisme. Aliran dogmatism berpendapat bahwa kebenarann mutlak dapat dicapai artinya, kebenaran pengetahuan yang sempurna dan abadi dapat dicapai melalui ilmu. Sebaliknya, skeptisisme berpendapat bahwa orang tidak mungkin mencapai pengetahuan yang benar karena terbatas pada penggunaan akal yang berubah terus menerus dari generasi ke generasi.
Sedangkan masalah objek pengetahuan, hal ini akan dijawab oleh aliran idealism dan realisme. Idealisme ialah aliran yang menyakini bahwa objek pengetahuan itu ada dalam diri, di dalam pikiran manusia.

E.       Perihal Kebenaran
Secara umum definisi yang standar mengenai kebenaran diartikan sebagai kesesuaian antara pikiran dan kenyataan. Dalam aliran pragtisme, John Dewey (Gallaher, 2005: 123) menyebutkan bahwa yang dimaksud ‘kebenaran adalah apa yang membawa hasil’.
Pada umumnya ada beberapa teori kebenaran, yaitu kebenaran saling berhubungan, kebenaran  saling berkesesuaian dan kebenaran inherensi (sudarsono: 2001 : 146).
Menurut Plato, kebenaran yang utama adalah yang diluar dunia ini. Maksudnya ialah suatu kesempurnaan tidak dapat dicapai didunia ini.

F.       Aliran-Aliran Teori Pengetahuan
Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Menurut Ahmad Tafsir (2005: 24-25) ada beberapa aliran yang mengkaji tentang cara memperoleh pengetahuan tersebut, antara lain aliran empirisme, rasionalisme, positivisme, dan intusionisme.
1.    Aliran Empirisme
Kata empiris ini berasal dari kata yunani ‘emperikos’ yang berarti pengalaman. Pengalaman yang di maksud adalah pengalaman inderawi. Sebagai contoh, manusia tahu garam itu asin karena ia mencicipinya.
Salah satu tokoh aliran empirisme ini adalah John Lock (1632-1704), mengemukakan bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, namun karena pengalamanlah ia memperoleh pengetahuan.

2.    Aliran Rasionalisme
Aliran rasionalisme mengajarkan bahwa melalui akalnya manusia dapat memperoleh pengetahuan. Tokoh yang paling terkenal dalam aliran ini adalah Rene Descertes yang hidup pada tahun 1596 ampai 1650.
Aliran rasionalisme menegaskan bahwa untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akalnya. Namun demikian, aliran rasionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan.

3.    Aliran Positivisme
Aliran positivism ini lahir sebagai penyeimbang pertentangan yang terjadi antara aliran empirisme dan aliran rasionalisme.
Tokoh yang tergolog positivism ini adalah August Comte (1798-1857). Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.

4.    Aliran Intuisionisme
Tokoh dari aliran intuisionisme ini adalah Henri Bergson (1859-1941). Ia berkeyakinan bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya, objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah. Jadi, pengetahuan yang telah dimiliki manusia tidak pernah tetap.
Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti tersebut diatas, Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.  Intuisi ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi.